Ia, Bulan, dan Pohon Rindang ~ Yunita Saifilla

Spread the love
Butuh waktu < 1 menit untuk membaca tulisan ini

Malam yang indah dengan cerah bulan yang kupandang melalui jendela kamar, mengingat kebahagiaan yang pernah ada dalam diriku yang kini lenyap.

Aku pergi keluar rumah untuk berteduh di pohon rindang yang selalu kupandang lewat jendela kamarku, mengingat dulu tawaku sangat kencang dengannya disini.

Di bawah pohon rindang aku dapat melihat bulan lebih jelas, berharap bintang jatuh. Jika saja aku dapat meminta sesuatu, aku akan meminta sahabatku untuk kembali. Walaupun rasanya mustahil, karena ia kini tenang di alam yang lain.

Aku selalu memohon untuk kembalikan sahabatku, tawa dan senyumku hilang sejak kepergiannya. Dan disinilah aku menangis, di bawah pohon rindang yang di sinari cahaya bulan.

Hanya dia yang menerima kekuranganku, hanya dia yang tak pernah memakiku, dan hanya dia yang mau mendengar keluh kesahku. Lantas, pada siapa sekarang aku harus mengeluh untuk dilindungi dari jahatnya penghuni bumi?

Cahaya bulan sang penyejuk hati, aku menatapnya begitu dalam,, seakan menatap sahabatku yang saat ini kurindukan.

Kehilangan seseorang memanglah hal yang paling berat. Namun hidup bukan selamanya tentang satu orang, lebih tepatnya “People come and go“, tak ada yang abadi di dunia kecuali cinta Allah pada hamba-Nya.


Bionarasi
Yunita Saifilla, lahir di tanjung 26 Maret 2008 dan menetap di tanjung. Menyelesaikan pendidikan sd di SDN tanjung pajarakan, lalu melanjutkan di SMPN 1 Pajarakan dan sekarang bersekolah di MAN 2 Probolinggo. Hobi membaca dan melukis. Bercita-cita menjadi guru. Instagram @onyours_afil