Tak Sejalan Dengan Ilmu ~ Muhammad Bagas Rizky Pratama

Spread the love
Butuh waktu 2 menit untuk membaca tulisan ini

Dalam setiap aktivitas yang kita lakukan, tak jarang kita dihinggapi rasa lelah. Rasa penat yang memaksa badan untuk beristirahat. Tak terkecuali dalam belajar.

Namun, karena terlalu beristirahat, terkadang rasa malas mulai datang. Mulai membujuk diri untuk melakukan hal-hal yang disukai, “refreshing” katanya. Memang kita butuh untuk refreshing. Tapi, jika terlalu sering refreshing akan melalaikan kita dari thalabul ilmi. Sedikit demi sedikit kegiatan belajar dan sebagainya akan ditinggalkan.

Karenanya penting bagi kita untuk memotivasi diri sendiri agar tetap semangat thalabul ilmi. Banyak cara yang bisa dilakukan. Salah satunya bisa dengan membaca kisah perjuangan para salaf dalam thalabul ilmi. Insya Allah dengan begitu akan memacu kembali semangat pada diri kita.

Berbicara tentang kisah perjuangan para salaf dalam thalabul ilmi, ada sebuah kisah dari seorang ahli hadits yang bernama Abdurrahman bin Abi Hatim. Beliau juga kerap dikenal dengan nama Ibnu Abi Hatim.

Kisah perjuangan Abdurrahman saat menuntut ilmu ini disampaikan oleh adz-Dzahabi dalam Siyar A’lamin Nubalaa’, 13/266. Mari kita simak kisah ulama yang satu ini.

“Dahulu kami pernah berada di Mesir selama tujuh bulan dan kami tidak pernah menyantap makanan berkuah” tutur Abdurrahman mengawali kisahnya.

Beliau melanjutkan, “Seluruh waktu siang kami habiskan untuk menghadiri majelis para Syaikh. Sedangkan di malam hari, kami habiskan untuk menyalin catatan dan berdiskusi (membenarkan catatan).”

Dahulu, para ulama selalu mencatat ilmu yang disampaikan dalam majelis-majelis guru-guru mereka. Mari kita simak kembali kisah dari Abdurrahman.

Beliau berkata, “Pada suatu hari, saya bersama sahabatku mendatangi seorang guru. Namun, orang-orang menyampaikan kepada kami bahwa guru tersebut sedang sakit. Lantas di tengah perjalanan, kami melihat ikan yang menarik hati kami. Kami pun membelinya.”

Sayangnya, ketika mereka tiba di rumah, saat itu juga tiba waktunya bagi mereka untuk menghadiri majelis ilmu. Abdurrahman berkata, “Ketika tiba di rumah, ternyata datang lagi waktu majelis ilmu, sehingga kami belum sempat mengolah ikan yang dibeli tadi. Kami pun langsung berangkat ke majelis.”

Mereka belum sempat mengolah ikan yang dibeli sebelumnya karena terlalu sibuk menuntut ilmu. Abdurrahman berkata, “Rutinitas tersebut terus berlangsung hingga berlalu tiga hari. Ikannya pun nyaris membusuk. Lantas kami pun memakannya dalam keadaan mentah. Kami tidak memiliki kesempatan untuk memberikannya kepada seseorang yang mau memanggangnya.”

Demikianlah perjuangan Abdurrahman bin Abi Hatim dalam menuntut ilmu. Masa-masa beliau dilalui penuh dengan ilmu, ilmu, dan ilmu. Sampai-sampai beliau tak sempat mengolah ikan yang dibelinya.

Sekarang, tanyakan pada diri kita masing-masing. Sudahkah kita bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu? Selama ini, berapa lama waktu yang kita habiskan untuk menuntut ilmu?

Jangan sampai waktu kita terbuang sia-sia karena tidak diisi dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Jangan sampai penyesalan muncul di kemudian hari. Menyesal karena tak memanfaatkan waktu untuk thalabul ilmi. Memohon agar diberi kesempatan lagi untuk thalabul ilmi walau hanya sesaat. Wal ‘iyadzu billah.

Ada sebuah pesan dari Abdurrahman pada akhir kisahnya. Beliau berpesan, “Ilmu tidak dapat diraih dengan tubuh yang bersantai-santai”

Semoga kisah singkat dari Abdurrahman bin Abi Hatim ini dapat memotivasi kita untuk thalabul ilmi. Mengobarkan kembali api semangat yang hampir padam dalam diri kita.

=====

Muhammad Bagas Rizky Pratama, biasa dipanggil Bagas. Siswa kelas 12 jurusan keagamaan, MAN 2 Probolinggo. Lahir di Probolinggo pada tanggal 16 Maret 2006. Bertempat tinggal di Desa Sukokerto, Kec. Pajarakan, Kab. Probolinggo.