Remuk

Spread the love
Butuh waktu < 1 menit untuk membaca tulisan ini

Aku berdiri di tengah kehancuran. Kehidupan yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Suara-suara berisik memenuhi ruangan, teriakan pikiran yang tak henti-hentinya. Aku merasa hancur, merasa buruk, merasa gila. Aku merasa seperti perempuan yang tak pantas untuk dicinta.

Air mataku jatuh membasahi lantai putih ruangan ini, satu demi satu. Berapa banyak selang yang harus aku pakai untuk membuat aku tetap hidup? Sungguh, aku merasa sangat rapuh. Tuhan, tolong aku. Aku benar-benar telah menyerah.

Aku berharap siklus kehidupan ini bisa berjalan dengan baik. Tapi ternyata tidak. Aku mencoba lari dari kehidupan sebelumnya, mencari ketenangan agar aku bisa melupakan kejadian masa kelam. Tapi sekarang apa? Aku terjebak dalam skenario hidup yang rumit dan aku tak tahu dimana letak jalan keluarnya.

Aku merasa terlalu hancur untuk melanjutkan. Banyak teriakan yang aku lontarkan, aku membenci sepenuh hati. Aku menjadi hal yang aku benci. Memaki diri sendiri, bertanya-tanya mengapa menjadi seburuk ini. Apa yang harus diharapkan lagi? Cermin itu sudah menjadi serpihan yang sangat kecil, bahkan untuk diperbaiki saja sudah tidak bisa.

Hancurlah aku sehancur hancurnya. Mimpiku bukan lagi tentang kebahagiaan di masa depan, hanya ada putus asa dalam diri. Bertanya-tanya sampai kapan aku harus seperti ini. Maafkan aku, Mah. Anak perempuanmu ini sudah terlalu hancur untuk hidup lebih lama.

=====

Tulisan ini dari seorang perempuan yang namanya tak perlu kalian ketahui. Pemilik hati rusak yang mencintai *…* dengan sepenuh hati. Aku hanya sebuah masa lalu yang akan menjadi cerita nantinya. Akankah orang-orang masih mengingatku suatu saat nanti?