Kisah Para Penuntut Ilmu ~ Muhammad Bagas Rizky Pratama

Spread the love
Butuh waktu 3 menit untuk membaca tulisan ini

Suatu ketika, teringat sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
طَلَبُا لعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَىْ كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu (agama) wajib bagi setiap muslim.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Majah & al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman]

Ya, setiap muslim memiliki kewajiban untuk mengetahui segala hal tentang agamanya. Bahkan hendaknya ia menjadikan ilmu sebagai prioritas tertingginya. Mengenai hal ini al-Hafidz Ibnu Hajar al-‘Asqalani rahimahullah berkata,
فإن أولى ما صرفت فيه نفائس الأيام، وأعلى ما خص بمزيد الاهتمام، الاشتغال بالعلوم الشرعية المتلقاة عن خير البرية
“Sesungguhnya sesuatu paling pantas untuk seseorang mengisi hari-hari istimewanya dengannya, dan sesuatu tertinggi yang seseorang perlu mengkhususkannya dengan antusias yang besar, adalah kegiatan mempelajari ilmu-ilmu syar’i yang diambil dari manusia terbaik (yaitu Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa salam).”[Hadyu as-Saari Muqaddimah Fath al-Bari, hal. 5]

Para Ulama terdahulu begitu bersemangat dalam mencari Ilmu. Mereka sangat antusias dalam mencarinya. Salah satu contohnya sebagaimana yang disebutkan Imam al Bukhari dalam shahihnya

Pada BAB: Safar untuk menuntut ilmu. Bahwa,Shahabat Jabir bin Abdillah radhiyallah anhu melakukan rihlah (bepergian) sejauh perjalanan satu bulan menuju kepada Abdullah bin Unais demi mencari satu hadits saja.[Shahih al Bukhari,Kitabul Ilmi]

Tidak hanya itu. Contoh lainnya, yaitu:
• Al-Hur bin Abdurrahman rahimahullah berkata, “Aku mempelajari Irab al-Quran kurang lebih sekitar 40 atau 45 tahun” [Dinukil secara ringkas dari kitab: at-Tarikh al-Kabir, 3/82]
• Naim al-Mujmir rahimahullah, beliau bermulazamah bersama Abu Hurairah radhiyallahu anhu 20 tahun, hingga beliau menjadi murid seniornya. [Dinukil secara ringkas dari kitab: Siyar A’lamin Nubala’, 5/227]
• Seorang Tabi’in, Sa’id bin Jubair rahimahullah menyatakan, “Aku menulis (ilmu yang disampaikan) Ibnu Abbas di lembaran milikku hingga penuh. Kemudian aku tulis di punggung sandalku, kemudian (setelah penuh) aku tulis di telapak tanganku.” [Diriwayatkan al Khatib al Baghdadi dalam Taqyiidul Ilmi, 1/102]
Sa’id bin Jubair juga menyatakan, “Aku mendengar hadits dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas di malam hari. Aku mencatatnya dengan perantaraan pelana tungganganku. Hingga di pagi hari aku menyalinnya.” [Diriwayatkan oleh al Khatib al Baghdadi dalam Taqyiidul Ilmi, 1/239]
• Abdullah bin Nafi bermajelis kepada Imam Malik 35 tahun.[Dinukil secara ringkas dari kitab: Siyar A’lamin Nubala’, 8/108]
• Khalaf bin Hisyam rahimahullah berkata,”Dahulu ada satu bab dari Nahwu yang sulit bagiku, maka dengan itu kubelanjakan hartaku sebesar delapan ribu dirham (dalam rangka thalabul ilmi), hingga aku benar-benar bisa memahaminya.”[Dinukil secara ringkas dari kitab: Marifatul Qurra al-Kibar, 1/172]
• Dan masih banyak lagi kisah-kisah para ulama yang membangkitkan semangat dalam menuntut ilmu.

Demikianlah mencari ilmu. Harus semangat. Tidak dengan bersantai-santai.
Seseorang berkata kepada seorang lainnya : “Bagaimanakah tips engkau bisa menuai ilmu?”
Dia menjawab: “Aku memburunya, ternyata aku temukan bahwa dia berada ditempat yang sangat jauh untuk dituju. Tak bisa diburu dengan bidikan anak panah. Tak bisa diraih dalam mimpi. Tak diwariskan dari Ayah ataupun Paman.
Aku berusaha untuk bisa menuju kesana dengan beralaskan waktu. Bersandarkan batu. Selalu begadang lagi banyak memandang.
Berjuang dengan pikiran. Menempuh jauhnya perjalanan, dan melintasi bahaya.
Lalu aku menemukannya berupa benih, yang tidaklah layak disia-siakan kecuali harus ditanam. Tidak layak ditanam kecuali hanya dalam sanubari. Tidak pula layak disiram kecuali hanya dengan belajar.
Beritahukan padaku. Apakah seseorang yang menghabiskan waktu siangnya untuk mengumpulkan harta, lalu dimalam harinya untuk mengumpuli istrinya. Akankah dia bisa menjadi seorang yang Faqih ?
Tentulah tidak mungkin, Demi Allah.
Ilmu tidaklah bisa dituai kecuali harus dengan memeluk buku catatan, memikul tinta, berbekal potongan roti, dan tanpa terputus, terus memburunya di malam dan siang harinya”.[Awaiq At Thalab Karya As Syaikh Abdus Salam bin Barjas Rahimahullahu Ta’ala]

Hal senada juga dikatakan Seorang Tabi’in, Yahya bin Abi Katsir:”Warisan ilmu lebih baik daripada warisan emas, jiwa yang shaleh lebih baik daripada mutiara, dan tidaklahilmu didapat dengan santai-santai.”[Tarikh Baghdad, 11/375]
Semoga tulisan di atas dapat memotivasi kita agar lebih semangat lagi dalam menuntut ilmu. Dan semoga Allah memberi pertolongan dan kemudahan bagi kita.

Referensi:
• https://www.manhajul-anbiya.net
• Channel Telegram || Faedah Ringkas
• http://bit.ly/AnNajiyah_Bali
• https://www.sahab.net/forums/index.php?app=forums&module=forums&controller=topic&id=104270