Derajat Kemuliaan ~ Laelatul Luqiyana Adawiyah
Bulan Ramadhan adalah bulan yang paling suci dalam agama Islam. Bulan ini merupakan bulan kesembilan dalam kalender Islam dan seluruh umat muslim di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh. Selain itu, bulan Ramadhan juga dianggap sebagai waktu untuk memperkuat hubungan dengan Allah SWT dan meningkatkan kesadaran sosial terhadap sesama manusia.
Terlebih lagi, terdapat banyak amalan-amalan yang bisa dilakukan di bulan Ramadhan dalam upaya meningkatkan keimanan terhadap Yang Maha Kuasa. Salah satu keistimewaan bulan Ramadhan adalah bahwa pahala dari semua ibadah akan dilipatgandakan. Namun, di sisi lain, dosa juga akan dilipatgandakan dalam setiap maksiat yang dilakukan.
Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist dari kitab Mu’jamus Shagir yang diriwayatkan oleh Ummi Hani’ binti Abi Thalib karramallahu wajhah dan dicatat Imam at-Thabrani, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya umatku tidak akan terhina, selama mereka mendirikan bulan Ramadhan. Wahai Rasulullah, apa bentuk kehinaan mereka dalam menyia-nyiakan bulan Ramadhan? Pelanggaran terhadap hal-hal yang haram pada bulan Ramadhan, seperti zina atau minum khamar. Allah dan para malaikat melaknatnya hingga tahun berikutnya. Jika ia meninggal sebelum bulan Ramadhan berikutnya, maka ia tidak mempunyai kebaikan apa pun di sisi Allah yang bisa menyelamatkannya dari neraka. Oleh sebab itu, berhati-hatilah terhadap bulan Ramadhan, karena pahala kebaikan demikian juga ganjaran kejelekan akan dilipat gandakan.”
(إِنَّ أُمَّتِيْ لَمْ يَخِزُّوْا مَا أَقَامُوْا شَهْرَ رَمَضَانَ). قِيْلَ يَا رَسُوْلَ الله وَمَا خَزِيُهُمْ فِي إِضَاعَةِ شَهْرِ رَمَضَانَ؟قالاِنْتِهَاكُ الْمَحَارِمِ فِيْهِ مِنْ زِنَا فِيْهِ أَوْ شَرِبَ فِيْهِ خَمْرًا لَعَنَهُ اللهًُ وَمَنْ فِي السَّمَاوَاتِ إِلَى مِثْلِهِ مِنَ الْحَوْلِ فَإِنْ مَاتَ قَبْلَ أَنْ يُدْرِكَهُ رَمَضَانُ لَمْ تَبْقَى لَهُ عِنْدَ اللهِ حَسَنَةٌ يتقي بها النار فَاتَّقُوا شَهْرَ رَمَضَانَ فَإِنَّ الْحَسَنَاتِ تُضَاعَفُ فِيهِ مَا لَا تُضَاعَفُ فِيْمَا سِوَاهُ وَكَذَلِكَ السَّيِّئَاتُ).
Terjemahnya:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Sesungguhnya umatku tidak akan terhina, selama mereka mendirikan bulan Ramadhan.’ Sahabat bertanya: ‘Wahai Rasulullah, apa bentuk kehinaan mereka dalam menyia-nyiakan bulan Ramadhan?’ Rasulullah menjawab, ‘Pelanggaran terhadap hal-hal yang haram pada bulan Ramadhan, seperti zina atau minum khamar. Allah dan para malaikat melaknatnya hingga tahun berikutnya. Jika ia meninggal sebelum bulan Ramadhan berikutnya, maka ia tidak mempunyai kebaikan apa pun di sisi Allah yang bisa menyelamatkannya dari neraka. Oleh sebab itu, berhati-hatilah terhadap bulan Ramadhan, karena pahala kebaikan demikian juga ganjaran kejelekan akan dilipat gandakan.”
Hadist di atas memberikan pemahaman tentang betapa besarnya nilai ibadah yang dilakukan pada bulan Ramadhan. Sekecil apa pun pahala yang dilakukan pada bulan tersebut akan menjadi luar biasa pahalanya ketika dibandingkan dengan bulan selain Ramadhan. Namun, pada bulan tersebut juga Allah melipatgandakan dosa dalam setiap perbuatan buruk. Sekecil apa pun kesalahan yang dilakukan pada bulan Ramadhan akan tetap mengungguli bulan yang lain perihal dosanya.
Kisah inspiratif tentang Uwais al-Qarni adalah contoh nyata bagaimana keikhlasan dan kesungguhan dalam beribadah dapat mendatangkan pahala yang besar dari Allah SWT. Meskipun tidak bertemu langsung dengan Rasulullah SAW, Uwais tetap tekun dalam menjalankan ibadahnya dan memperbanyak amal kebaikan selama bulan Ramadan.
Bulan Ramadan merupakan bulan yang istimewa bagi umat Muslim di seluruh dunia. Selama bulan suci ini, umat Muslim dianjurkan untuk meningkatkan ibadah dan amal kebaikan serta memperbanyak sedekah kepada orang miskin dan yang membutuhkan. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW menyatakan bahwa bulan Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, ampunan, dan rahmat. Oleh karena itu, bulan Ramadan adalah saat yang tepat untuk memperbaiki diri dan memperbanyak amal kebaikan.
Dalam kisah Uwais al-Qarni, Rasulullah SAW mencium aroma semerbak surga dari arah Yaman, tempat Uwais bermukim. Hal ini menunjukkan betapa tingginya derajat Uwais di sisi Allah SWT karena amal kebaikan dan keikhlasannya dalam beribadah. Meskipun jarak yang jauh memisahkan Uwais dari Rasulullah SAW, Allah SWT tetap memberikan pahala yang besar atas amal kebaikannya.
Kisah Uwais al-Qarni mengajarkan kita bahwa pentingnya keikhlasan dan kesungguhan dalam beribadah. Tidak hanya pada bulan Ramadan, namun juga dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus selalu berusaha memperbanyak amal kebaikan dengan niat yang tulus dan ikhlas untuk mencapai derajat yang tinggi di sisi Allah SWT.
Selain itu, kisah ini juga mengajarkan kita untuk tidak mengukur derajat seseorang berdasarkan penampilannya atau derajat sosialnya. Uwais al-Qarni adalah seorang yang taat dan saleh, meskipun tidak dikenal oleh para sahabat Rasulullah SAW. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya nilai-nilai kebaikan dan keikhlasan dalam beribadah tanpa terpengaruh oleh faktor luar seperti jabatan atau status sosial.
Dalam menjalankan ibadah, kita harus selalu berusaha untuk meningkatkan kualitasnya dan memperbanyak amal kebaikan dengan niat yang tulus dan ikhlas. Sehingga, seperti Uwais al-Qarni, kita dapat meraih derajat yang tinggi di sisi Allah SWT dan mengharumkan nama baik umat Muslim.
=====
Laelatul Luqiyana Adawiyah, atau yang biasa dipanggil El, adalah seorang siswi di MAN 2 Probolinggo yang memiliki minat yang sangat besar pada musik. Saat ini, dia tengah mempelajari seni merangkai kata-kata baru di MA, meskipun masih pemula. Jangan ragu untuk mengikuti perjalanan kreatifnya melalui akun Instagram di lqynaa_/luqiyanaa_.