Aku, Membenci Hujan? ~ Salwa Nurul Asyifa
Diawali awan yang mendung. Perlahan gemercik air turun dari langit. Berisik, membuatku risih dan ada rasa benci. Pandanganku tentangnya sejak kecil hingga tujuh Juni masih sama. Aku tak menyukainya, menghapus titik fokus dalam pikiranku, menghambat jalanku, membasahi pakaianku, mengusik hari-hariku, kadang hadirnya juga membawa bencana.
Sampai titik dimana aku sangat membencinya. Menjelang petang, dia masih saja datang dengan sendiri tanpa permisi. Membuat perjalananku tertunda, sehabis sekolah. Aku ingin pulang, namun dia tak henti membasahi bumi. Semakin lama dia semakin deras membuatku lelah menunggu. Pada akhirnya, berusaha melewati guyuran deras dengan nyawa di ambang batas. Di tambah, jalanan licin dan membuatku semakin membencinya.
Ketenangan hujan yang orang katakan tak pernah kurasakan. Hanya ada rasa muak mendengar kebisingannya. Namun, ada satu kalimat fakta, “Jangan terlalu benci terhadap apapun atau siapapun karena benci dan cinta itu tidak jauh beda. Bisa jadi hari ini kau membencinya kemungkinan besar esok hari kau sangat mencintainya.”
Dulu tak pernah ada rasa untuk menata hati berdamai dengan hujan. Tetapi, bukankah Allah SWT berkehendak membolak-balikkan hati? Hal tak sengaja membuatku menyukai hujan. Waktu itu aku sangat rindu dengan sosok orang tua, yah aku adalah anak yang jauh dari orang tua karena kesibukannya diluar kota selama bertahun tahun lamanya. Tak tau pasti, ini aku atau orang tua yang pergi dari tempat asalnya. Yang aku tahu, kita jauh dari tatapan mata.
Pagi hari diwaktu hujan, aku menata hati, kembali membuka buku yang telah berdebu berisi kenangan saat menimba ilmu di sebuah pondok pesantren. Saat membacanya, aku menemukan suatu lembaran yang membahas tentang doa paling mustajab yaitu doa ketika hujan. Berharap menemukan jalan keluar untuk masalah hati tentang aku dan hujan. Pada akhirnya, aku menemukan sebuah kesimpulan.
Hujan adalah rahmat dan banyak hikmah yang terkandung di dalamnya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Dan dari langit Kami turunkan air yang memberi berkah, lalu Kami tumbuhkan dengan (air) itu pepohonan yang rindang dan biji-bijian yang dapat dipanen,”_(QS. Qaf 50: Ayat 9). Selain itu, hujan juga waktu paling baik untuk berdoa. Rasulullah bersabda, “Carilah doa yang dikabulkan, yaitu ketika bertemunya dua pasukan, waktu Iqamah, serta turunnya hujan.” Dan banyak lagi hadits lainnya didalam buku yang menjelaskan tentang dahsyatnya doa ketika hujan.
Setelah membaca buku tersebut, aku mencoba mengaplikasikannya. Aku bercakap dan berdoa, “Ya Allah, aku rindu dengan orang tuaku, bisakah aku berjumpa mereka agar rindu ini mereda.” Setelah mengutarakannya hati ini merasa tenang, berharap doaku diijabah oleh Allah. Kembali kubaca bukunya, dan banyak menemukan doa ketika hujan. Doa ini sebenarnya sudah lama ku ketahui, namun jarang mengaplikasikannya sehari hari.
Kututup kembali buku itu. Sekilas, terlintas dalam pikiran ini. Hujan adalah rahmat tuhan, jika aku membencinya sama saja aku membenci tuhan dan tidak bersyukur atas kenikmatan yang ada. Saat itu juga aku merasa sangat bersalah.
Tiga hari telah berlalu. Saat pulang sekolah ditemani oleh guyuran air hujan tiba tiba, nada dering terdengar dari sebuah ponsel yang terletak didalam saku seragam yang aku kenakan. Mencoba menepi, ternyata ia adalah ayahku. Dia berkata akan kemari menemuiku, betapa bahagianya diri ini. Lalu, aku melanjutkan perjalanan pulang kerumah. Terpancar jelas rasa senang dalam wajahku. Berpikir sejenak tentang doa hari sebelumnya yang kuutarakan saat hujan tiba. Ternyata benar, doaku diijabah oleh Allah, aku tak lagi meragukannya. Ia maha esa atas segala-galanya.
Awal yang baik untuk berdamai dengan hujan. Semenjak itu, aku selalu melafadzkan doa. Segala mimpi kulontarkan melalui hujan, mimpi di masa depan. Tak lagi aku membencinya, karena ada banyak hikmah didalamnya. Perlahan mencoba berdamai dengan hujan seutuhnya. Dulu, hanya ada rasa benci yang terasa. Kini, aku paham bahwa hujan adalah suatu anugerah. Aku mulai mencintainya, menjadikannya hal yang paling istimewa. Perantara untuk aku berdialog dengan sang maha cinta.
Mari membuka hati untuk menerima segala ketetapan sang maha suci. Mari berdamai dengan sesuatu yang telah Allah kehendaki. Sebab, itu suatu rahmat dari Allah SWT yang memiliki keistimewaan dan menjadi bagian mustajabnya doa.
_______
Assalamualaikum.
Salwa Nurul Asyifa lahir pada tahun 2007. Sekarang tengah menempuh pendidikan di MAN 2 Probolinggo. Menulis merupakan hobi baru baginya. “Beranilah untuk bermimpi dan beranikan dirimu untuk mewujudkan semua impianmu, karena impian tidak akan tercapai tanpa keberanian.”
Wassalamu’alaikum.
_______
Editor : Syafhira Khoirotun Zahra